Selasa, 16 Februari 2010

LALAI DAN NAFSU MERUPAKAN SUMBER KEJELEKAN

LALAI DAN NAFSU MERUPAKAN
SUMBER KEJELEKAN
Oleh : Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


Maka kelalaian dan nafsu merupakan sumber kejelekan. Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta hawa nafsunya dan adalah amal dan perbuatannya itu sia-sia.” (Al-Kahfi : 28)

Nafsu semata tidak bisa mendorong berbuat kejelekan kecuali bersama dari kebodohan. Jika tidak demikian, maka pengikut nafsu yang mengetahui dengan pasti bahwa mengikuti nafsu itu berbahaya, niscaya tabiat jiwanya akan berpaling darinya. Allah swt mencipta dalam jiwa kecintaan terhadap apa yang membahayakan. Maka jiwa tidak akan melakukannya, itu disebabkan lemah akalnya. (sebaliknya) ia pun disifati orang berakal disebabkan bisa berhenti dari berbuat dosa.

Sehingga bencana yang besar itu bersumber dari syaithan bukan sekedar hawa nafsu. Dimana syaithan menghias-hiasi kejelekan menjadi kebaikan, memerintahkan berbuat dan menyebutkan kebaikan- kebaikannya yang merupakan kemanfaatan bukan kemudharatan, sebagaimana perbuatan Iblis kepada Adam, ia berkata :
“Dia (Syaithan) berkata :”Hai Adam, Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan Kerajaan yang tidak akan binasa?” Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya.” (Thahaa : 120-121)
“Dan dia (Syaithan) berkata : “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam syurga) (Al-A’raaf : 20).
Sehingga Allah swt berfirman :
“Barangsiapa berpaling dan melupakan dari Al-Qur’an, kami adakan baginya syaithan (yang menyesatkan) maka syaithan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Sesungguhnya syaithan-syaithan itu benar-benar menghalangi orang-orang kafir itu dari jalan yang lurus dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Az-Zuhkruf : na36-37).
Dan Allah swt berfirman :
“Janganlah kamu mencela sembahan-sembahan orang – orang musyrik, karena mereka nanti akan mencela Allah swt dengan kezhaliman dan permusuhan tanpa pengetahuan. Demikianlah kami menjadikan indah kesesatan pada umat yang kafir. Kemudian Rabb merekalah mereka kembali, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan lalu membalasnya dengan setimpal.” (Al-An’am : 108).
Dan Allah swt berfirman :
“Demikianlah kami menjadikan indah kesesatan pada umat yang kafir.”
Dorongan berbuat baik adalah dengan perantara hiasan dari malaikat, para Nabi, dan orang – orang beriman ; serta dorongan berbuat kejelekan dengan hiasan dari syaithan dari kalangan jin dan manusia.
Allah swt berfirman :
“Demikianlah Syaithan – syaithan menjadikan mayoritas orang-orang yang musyrik itu dengan itu memandang baik membunuh anak-anak mereka dalam rangka membinasakan mereka serta mengaburkan bagi mereka agamanya.” (Al-An’am : 137).

Hanya Ulama yang takut kepada Allah swt
Maka Faktor utama terjadinya kejelekkan yang dilakukan manusia adalah kebodohan, tidak adanya pengetahuan bahwa kejelekan itu membahayakan atau adanya persangkaan kejelekan itu bermanfaat. Sehingga para sahabat ra mengatakan : “Tiap orang yang bermaksiat kepada Allah swt maka ia jahil.” Dan mereka menafsirkan dua ayat berikut dengan perkataan ini :
“Sesungguhnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang – orang yang mengerjakan kemaksiatan dalam keadaan tidak tahu kemudian bertaubat dengan segera.” (An-Nisa : 17) dan Firman-Nya :
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang kepadamu, maka hormatilah dengan menjawab salaam mereka dan beri kabar gembira bahwa rahmat Allah meliputi mereka.Allah mewajibkan atas diri-Nya kasih sayang karena karunia dan kebaikan-Nya semata ,yaitu bahwasannya barangsiapa berbuat kejelekan diantara kamu disebabkan kejahilan, kemudian ia akan berbuat setelah mengerjakannya serta mengadakan perbaikan amal pada waktu akan datang maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-An’am)
Sehingga keadaan perbuatan kejelekkan dinamakan Jahiliah karena keadaanya disertai dengan kejelekan-kejelekan,
Abul ‘Aliyah berkata : “Saya bertanya kepada Sahabat Muhammad saw tentang ayat :
“Sesungguhnya taubat disisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kemaksiatan dalam keadaan tidak tahu kemudian bertaubat dengan segera”, lalu menjawab : “Tiap orang yang bermaksiat kepada Allah swt maka ia jahil dan orang yang bertaubat sebelum mati disebut orang yang taubat dengan segera.”
Qatadah berkata : “Para Sahabat sepakat bahwa tiap orang yang bermaksiat maka ia dalam kebodohan, menyegaja atau tidak, serta tiap orang yang bermaksiat maka ia bodoh. Tabiin dan Ulama setelah mereka juga sependapat dengan sahabat.”
Mujahid menyatakan : “Tiap orang yang sudah tua atau masih muda yang berbuat dosa maka berbuat dengan kebodohan. Dan orang yang bermaksiat kepada Allah swt maka ia jahil sampai berhenti dari kemaksiatannya. Barangsiapa berbuat kesalahan atau dosa dengan sengaja maka ia jahil hingga lepas darinya. “Riwayat ini disebutkan Ibnu Abi Hatim kemudian ia berkata :”Diriwayatkan dari Qatadah,Amr, Ibnu Murrah dan Tsauri dengan tambahan dengan sengaja atau tidak.
Mujahid dan Dhahak berkata : “Bukanlah kebodohan orang yang tidak mengetahui halal dan haram namun kebodohan adalah orang yang berbuat keharaman.”
Ikrimah berkata : “ Dunia adalah kebodohan.”
Hasan Basri ditanya tentang kejelekan lalu berkata : “Mereka adalah kaum yang tidak tahu hak dan kewajiban mereka.” Ia ditanya : “Apa pendapatmu kalau mereka mengetahui ? Ia berkata : “Maka hendaknya mereka keluar dari kejelekan itu, sesungguhnya itu adalah kebodohan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar